Mona Amellia Pirih
Melanjutkan Misi Sang Ayah,
Berjuang Meningkatkan Kualitas Hidup Mantan Petinju
Walau sudah lama vakum didunia olahraga cabang tinju, Mona Amellia Pirih tidak begitu saja meninggalkan olahraga tersebut. Ia kini banyak berkecimpung kegiatan sosial dan hobi.
Sosok Mona Amellia Pirih dikancah dunia cabor tinju sudah tidak asing di Jawa Timur. Dirinya sempat menghilang dari dunia yang membesarkannya. Namun Mona masih aktif di kegiatan sosial dan hobi. “Saya lebih banyak di alam sekarang. Lihat kulit saya agak menghitam,” kata Mona. Wanita yang masih terlihat cantik itu mengaku menghabiskan waktu untuk snorkeling, diving, dan fotografi alam. “Semua yang berhubungan dengan alam. Itu aktifitas saya selama ini,” ujar Mona.
Saat disapa Kirana beberapa waktu lalu, Mona pun bercerita. Wanita kelahiran Surabaya, 3 Februari 1974 awalnya menyukai dunia olahraga tinju dari seringnya diajak sang ayah, Edy Pirih, nonton tinju sejak usia delapan tahun. Ia mengakui dirinya sempat menjerit dan ketakutan ketika melihat petinju saling memukul apalagi sampai cedera. “Jujur saja, saat itu saya sempat menangis melihat petinju jika bertarung. Saya sempat heran dengan ayah saya ini karena dari empat saudara hanya saya saja yang boleh ikut nonton tinju. Namun karena ayah cinta dan selalu memberi pengertian pada saya akhirnya terbiasa juga melihat olahraga tinju ini,” kenang ibu dari Jennifer Agatha, Shania Natasha dan Sean Ryan ini.
Sejak tahun 2004 lalu wanita yang memiliki jiwa sosial ini pernah memegang jabatan strategis yakni sebagai manager tinju. Saat itu pula, dirinya sudah digembleng ayahnya mewarisi keahlian dalam menangani pertinjuan Indonesia. “Saya akan berusaha dan berjuang untuk memperhatikan nasib para petinju kita ini. Ini adalah perjuangan ayah dan saya akan melanjutkannya,” ujarnya wanita murah senyum ini.
Prihatin Pada Mantan Petinju
Disisi lain, absennya Mona dari dunia tinju untuk merencanakan menaikan taraf hidup mantan petinju. Menurutnya, dirinya sudah banyak melihat mantan-mantan petinju yang hidupnya serba terbatas. “Banyak sekali mantan petinju kita serba kekurangan dalam segi ekonomi. Padahal mereka adalah sebuah aset yang besar bagi promotor maupun manager dan negara itu sendiri. Kenapa mereka harus dilupakan?” bebernya.
Mona menuturkan banyak petinju yang tak punya latar pendidikan cukup, sehingga ketika mendapat uang, lupa diri dan tak terkontrol hidupnya. “Setelah pensiun, kaget dan sulit mencari pekerjaan karena bekalnya hanya pensiunan tinju saja,” urai pewaris Pirih Boxing Camp ini.
Dirinya merasa iba dan sangat prihatin sekali dengan kondisi para mantan petinju Indonesia. Ia memaparkan, banyak sekali mantan-mantan petinju Indonesia hanya bekerja sebagai penagih hutang, penjaga rumah hiburan malam, security dan bodyguard. Bagi Mona, pekerjaan seperti itu sangat tidak layak bagi mantan pentinju Indonesia sekarang. “Banyak sekali mantan-mantan petinju kita kerjanya seperti itu. Untuk itu, saya akan berusaha untuk mengangkat martabat mantan petinju kita untuk bekerja sebagai mana layaknya, mulai jadi pelatih sampai promotor dan bisa mencari bibit baru,” ujar Mona penuh semangat.
Berusaha Membantu Mantan Petinju
Tahun ini merupakan pijakan pertama Mona untuk memulai misi mulia itu. Ia berusaha dan memperjuangkan nasib para petinju professional untuk lebih baik lagi dalam segi profesionalnya dan kesejehteraan hidup sebagai seorang petinju. “Saya akan berusaha semampu mungkin untuk mengangkat martabat seorang petinju kita ini. Dan ini, jangan disia-siakan oleh kita sendiri. Untuk itu saya minta doa restunya pada masyarakat pecinta olahraga tinju untuk mewujudkan impian ayah saya maupun petinju Indonesia,” ujarnya berharap.
Usaha Mona telah dibuktikan dengan mengangakat seorang mantan petinju yang kini telah menjadi seorang promotor profesional. “Jika mantan petinju saat ini masih bekerja sebagai penagih hutang dan yang lainnya, tidak ada kata terlambat untuk mengubah profesinya. Seperti halnya saudara Mudahfar Danu yang saya tunjuk menjadi seorang promotor dan ini bisa menjadi contoh bagi para petinju kita nanti,” ujar yang suka humor ini.
Selain itu juga, Mona berharap pada pemerintah untuk lebih memperhatikan para atlet tinju maupun mantan petinju untuk memberi kehidupan layak. Mona menegaskan kembali bahwa petinju merupakan aset besar bagi pemerintah maupun negara itu sendiri. Untuk itu, pemerintah harus peduli dengan kehidupan petinju mulai dari segi ekonomi maupun kesejehteraan keluarganya.
“Jujur saja, saya harus mengadu kepada siapa untuk para nasib para mantan petinju ini. Untuk itu, pemerintah harus ikut andil dalam menangani masalah ini. Mengapa mereka harus dilupakan jasanya yang pernah mengharumkan nama bangsa maupun daerahnya. Bukan hanya diberi rumah saja tetapi anak-anak mereka bisa diikutkan beasiswa lewat asuransi. Selain itu saya berharap peran pers juga ikut andil untuk mantan petinju ini. Untuk itu, saya akan memperjuangkan jasa-jasa para petinju nanti mulai dari keluarganya,” tambah wanita single parent ini. (ali)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar